MAKALAH MAKNA LINGKUNGAN HIDUP
(Kelompok 4)
Penyusun:
1. Dianti
Putri Yuliani (1001045042)
2. Indah
Permatasari (1001045049)
3. Nurmellyta
Tri Hartati (1001045059)
4. Septiriana
Sari (10010450 )
PGSD 6J
Bab I
Pendahuluan
1.
LatarBelakang
Semakin
hari, semakin dirasakan oleh manusia untuk harus mengenal lingkungannya,
apalagi perkembangan IPTEK yang begitu pesat, pola penduduk dunia yang berubah,
begitu pula berkembangnya kekuatan manusia yang mengubah lingkungan. Untuk memahami
lingkungan hidupseutuhnya, kita harus memahami terlebih dahulu makna lingkungan
hidup yang berada di sekitarkita.Untuk memahami lebih mendasar makna lingkungan
hidup sebagai suatu system, terlebih dahulu sebaiknya dimulai dengan pengertian
kata demi kata, mulai dengan ruang, dimana di dalam ruang tersebut terdapa tpengada(entity)
ragawi (biota atau benda nirhidup baik yang alami maupun yang buatan; keadaan atau
tatanan alam; daya, peluang, dan tantangan; pengada insani (biota) atau makhluk
hidup termasuk manusia; perliaku makhluk hidup; peri manusia, dan sebaginya.
2.
TujuanPenulisan
·
Menambah pengetahuan
tentang makna lingkungan hidup beserta penyusunnya.
·
Memenuhi tugas matakuliah
Sumberdaya Alam Berkelanjutan
Bab II
Pembahasan
Makna Lingkungan Hidup
Lingkungan,
di Indonesia sering juga disebut "lingkungan
hidup". Misalnya dalam Undang-Undang no. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup, definisi Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua
benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia, dan perilakunya,
yang memengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta
makhluk hidup lain.A.F.A Pengertian lingkungan hidup bisa dikatakan sebagai
segala sesuatu yang ada di sekitar manusia atau makhluk hidup yang memiliki
hubungan timbal balik dan kompleks serta saling mempengaruhi antara satu
komponen dengan komponen lainnya.
Pada
suatu lingkungan terdapat dua komponen penting pembentukannya sehingga
menciptakan suatu ekosistem yakni komponen biotik dan komponen abiotik.
Komponen biotik pada lingkungan hidup mencakup seluruh makluk hidup di
dalamnya, yakni hewan, manusia, tumbuhan, jamur dan benda hidup lainnya.
sedangkan komponen abiotik adalah benda-benda mati yang bermanfaat bagi
kelangsungan hidup makhluk hidup di sebuah lingkungan yakni mencakup tanah,
air, api, batu, udara, dan lain sebaiganya.
Pengertian
lingkungan hidup yang lebih mendalam menurut No 23 tahun 2007 adalah kesatuan
ruang dengan semua benda atau kesatuan makhluk hidup termasuk di dalamnya ada
manusia dan segala tingkah lakunya demi melangsungkan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia maupun mahkluk hidup lainnya yang ada di sekitarnya.
1.
Ruang
Ruang
yang dihuni manusia adalah alam atau daratan yang luasnya ± 29% dari seluruh
luas permukaan bumi. Selebihnya 71% adalah lautan. Penduduk yang menghuninya
berjumlah lebih dari 6,5 miliar jiwa, di antaranya Bangsa Indonesia, lebih dari
217 juta merupakan 3% dari penduduk di Bumi yang menghuni hanya 1,3% dari luas
daratan. Jadi ruang yang dihuni Bangsa Indonesia termasuk yang cukup padat
penduduknya.
1.1 Ruang
Angkasa
Ruang
angkasa atau universe adalah alam atau jagat raya di mana Bumi berada di
dalamnya sebagai salah satu planet dari sistem Matahari.
1.2 Ruang di
rumah
Dirumah
kita makna ruang berbeda-beda, di dalamnya terdapat halaman rumah, ruang tamu,
kamar tidur, ruang makan, kamar mandi, dan yang lainnya. Dengan fungsinya yang
berbeda-beda, nilai kebersihannya pun juga berbeda-beda. Kamar mandi yang
bersih berbeda tolak ukurnya dengan kamar makan dan kamar tidur yang bersih.
Secara keseluruhan nilai rumah ini melebihi jumlah nilai dari setiap bagiannya,
karena nilai rumah yang merupakan keutuhan nilai dari berbagai macam kebutuhan
kita akan ruang. Nilai keutuhan suatu sistem selalu akan lebih dari jumlah
nilai bagian-bagian dari sistem yang utuh itu.
1.3 Ruang di sekolah
Demikian pula pperincian ruang di sekolah yang
berbeda-beda, fungsinya pun berbeda-beda.
2. Benda
Segenap
yang ada atau pengada (entity) di Alam Semesta ini terdiri atas benda atau
pengada ragawi (abiota) yang nirhidup. Benda adalah pengada ragawi nirhidup
(abiota) yang sering salah disebut sebagai benda mati, karena sesuatu yang mati
tentulah sebelumnya pernah hidup, sedangkan benda nirhidup benda yang memang
tidak pernah hidup. Benda dapat dipilah-pilah sebagai benda padat, cair dan
gas.
2.1 Benda padat
Benda padat
terdiri atas benda padat alami (natural) dan benda padat buatan (artifisial).
Contoh benda alami (natural) adalah tanah, batu, kristal, air, dan udara. Ada
yang dapat diraba seperti batu, tanah dan air, tetapi ada yang tidak dapat
diraba namun bisa dirasakan keberadaannya yaitu udara, sinar, cahaya, api, dan
sebagainya. Benda buatan manusia disebut artidisial karena wujudnya tidak ada
di alam tetapi dihasilkan dari Alam seperti plastik, polyethylene, vynil,
kertas, listrik, dan sebagainya.
Contoh benda padat alami (natural)
Contoh benda padat buatan (artifisial)
Pengertian
benda cair adalah suatu benda yang berbentuk cair, yang mempunyai sifat
mengalir, basah, bentuk tidak tetap atau menyesuaikan dengan tempat yang
ditempatinya serta volumenya tetap. Contoh benda cair adalah air,
bensin dan lain-lain. Sedangkan dalam kamus besar Bahasa Indonesia arti zat
cair ialah bahan dl bentuk yg mudah mengalir dan mencari tempat terendah, biasa
dianggap sebagai bentuk antara (antara bentuk padat dan gas).
2.3
Benda Gas
Pengertian
benda gas adalah benda yang berbentuk gas bisa bentuk cair bisa bentuk
padat, yang mempunyai sifat mengisi ruang, mengalir dan berubah bentuk namun
berbeda dengan benda cair. Contoh benda gas udara yang kita hirup,
asap hasil pembakaran dan lain-lain.
3. Keadaan ,
Tatanan Alam
Keadaan yang dimaksud adalah tatanan
lingkungan hidup yakni apa yang dialami makhluk hidup. Keadaan atau tatanan
alam ini terjadi karena dinamika alam yang terdiri atas alogeni, alogenik atau alogenesis oleh peristiwa
alam yang menimpa makhluk hidup. Alele adalah “asing” karena peristiwa yang
menimpa makhluk hidup berasal dari pihak lain. Keadaan yang timbul karena ulah
makhluk hidup disebut autogenic atau
autogenesis.
Ø Alogenik
Alogenik
adalah keadaan alam yang terjadi karena dinamika dalam alam. Kejadian atau
tatanan alam ini berupa gempa, letusan gunung api, gelombang tsunami, dan
sebagainya. Letusan gunung api Toba, terjadi 74.000 tahun yang lalu dan
melemparkan 3000 km³ material ke atmosfer. Di Indonesia, juga terjadi letusan
gunung api yang cukup hebat, antara lain gunjung Tambora (1815), dan gunung
Krakatau (1883). Akibat letusan gunung Krakatau yang sangat dahsyat, dampak
letusan dirasakan hingga ratusan bahkan ribuan kilometer jauhnya. Akibat
letusan pula gunung Krakatau hancur, namun muncul anak gunung Krakatau yang
saat hingga saat ini masih menunjukkan tanda-tanda keaktifannya.
Contoh
lain adalah tsunami besar yang terjadi di Aceh dan Sumatera Utara pada tanggal
26 Desember 2005. Akibat tsunami, Aceh dan Sumatera Utara porak-poranda dan
memakan ratusan ribu korban jiwa. Setelah tsunami banyak yang berubah di tempat
yang dilalui tsunami termasuk keadaan alamnya. Gempa yang terjadi sebelum
tsunami juga membentuk keadaan alam diantaranya tanah menjadi retak.
Menurut
para ilmuwan, Indonesia terletak di daerah “ring of fire” atau lingkaran api.
Dari sebanyak 129 gunung api di Indonesia atau 13 persen dari seluruh
gunung api di dunia, terbentang dari pulau Sumatera menyusuri pulau Jawa kemudian
menyeberang ke Bali, Nusa Tenggara hingga bagian timur Maluku dan berbelok ke
utara pulau Sulawesi. Atau melingkari Kepulauan Indonesia sehingga
dikenal dengan sebutan lingkaran api ( The Ring of Fire )
Indonesia, atau jalur tektonik Indonesia, tegas Kepala Pusat Vulkanologi
Mitigasi dan Bencana Geologi, Dr Surono.
Banyaknya
gunung api di Indonesia, karena negara kepulauan ini tercabik - cabik
oleh keberadaan pusat hiruk - pikuk tiga lempeng tektonik ( tectonic plate
), yang saling bertabrakan, katanya. Masing - masing lempeng Eurasia,
lempeng Indo - Australia dan lempeng Pasifik, tumbukan ketiga
lempeng tersebut pada akhirnya membentuk rangkaian gunung api di Indonesia.
Gunung api tersebut yang menyebabkan Indonesia rawan bencana gunung api meletus
yang membentuk alogenik di daerah sekitar letusan. Seperti letusan gunung api
Merapi di Jawa Tengah yang terjadi tahun 2009 yang menghanguskan daerah lereng
dan kaki gunungnya. Sehingga keadaan alamnya menjadi berubah karena dampak
letusan tersebut.
Ø Autogenic
Makhluk
hidup juga mungkin berbuat sesuatu sehingga dapat mengubah keadaan di bumi.
Kejadian ini disebut autogenic, autogenic atau autogenesis.Manusia adalah makhluk hidup yang dapat melakukannya,
contohnya adalah seperti pembangunan dam yang membendung aliran sungai menjadi
danau buatan seperti danau Jatiluhur, danau Karangkates, dll. Contoh lainnya
adalah terjadi perubahan dua laut yang dihubungkan oleh manusia dengan terusan,
seperti terusan Suez, terusan Panama, dsb.
Binatang
juga dapat melakukan sesuatu yang merubah keadaan alam seperti burung yang
membuat sarang, burung pelatuk yang melubangi pohon, dsb. Ada pula yang mampu
menimbulkan perubahan alam sewaktu menggali lubang perlindungan seperti ular
atau tikus, rayap yang memakan kayu atau batang pohon hingga hancur, dsb.
Jelas
bahwa sikap dan perilaku makhluk hidup, khususnya manusia (antropogenik) yang berakal pikiran perlu disesuaikan dengan
tatanan alam yang ada. Misalnya, letusan gunung api yang dapat diperhitungkan
dengan mengukur getaran seismograf yang dapat dipantau langsung atau melalui
satelit dan diteruskan kepada instansi yang bersangkutan seperti Badan
Metereolodi dan Geofisika (BMG) untuk disebarluaskan sebagai peringatan dini
bagi penyelamatan diri masyarakat.
Di
samping itu juga perlu dipahami bahwa ada di antara atatanan alogeni yang dapat
dipengaruhi juga oleh perilaku autogenic, khususnya oleh manusia. Contohnya
adalah tanah longsor, banjir, dsb yang seringkali kita kenal dengan bencana
alam. Padahal banyak kasus dimana hal itu terjadi karena dipicu oleh kegiatan
manusia seperti penebangan hutan, membuang sampah ke sungai, dsb.
4.
Daya, Peluang dan Tantangan
Daya umumnya diartikan sebagai kekuatan,
kemampuan atau tantangan. Pengertian itu benar, tapi secara lebih luas maknanya
adalah peluang atau kesempatan. Artinya, bagaimana kemampuan yang ada pada
manusia digunakan dalam menghadapai tantangan serta peluang untuk melakukan
sesuatu yang bermakna dalam kehidupan. Peluang ini juga merupakan kewajiban dan
tugas manusia dalam masyarakat sesuai dengan manfaat dan kebutuhan.
Faktor yang menentukan tersedianya
peluang sangat beragam, pertama adalah kemampuan kita untuk mengerti dan
memahami sesuatu, apa yang ada, dan apa yang sebenarnya kita butuhkan. Factor
berikutnya adalah memahami sumber daya alam yang ada, termasuk potensi dan
keadaannya. Misalnya, upaya menjauhi wilayah gempa, menghindari wilayah
meletusnya gunung api, dsb. Untuk itulah manusia perlu menjalani proses
pendidikan dan penelitian tanpa henti untuk meningkatkan daya dalam
mempergunakan peluang untuk menghadapi tantangan yang ada di sekitar kita
setiap harinya.
Segala sesuatu yang diciptakan Tuhan
adalah pengada yang pasti dengan fungsi atau maknanya masing-masing dalam
kehidupan. Paham tersebut disebut entitisme. Dalam kenyataan yang ada sekarang,
hal ini masih terlalu sulit untuk kita pahami. Misalnya, keberadaan nyamuk.
Walaupun nyamuk dapat menyebabkan tersebarnya penyakit seperti malaria atau
demam berdarah, sebenarnya dibalik itu kita perlu menerima adanya tantangan
sebagai pesan kebersihan lingkungan. Di samping itu, perlu dilengkapi dengan
paham bahwa nyamuk dapat menjadi makanan cicak, tokek, dan laba-laba; juga
makanan ikan yang kita pelihara sehingga keberadaan nyamuk di sekitar kita bisa
kita hadapi dengan sebenar-benarnya untuk menghindari kemungkinan yang tidak
diinginkan. Oleh karena itu, perlu dorongan untuk meneliti dan menemukan cara
guna menghindarinya dengan menggunakan lotion anti nyamuk, obat nyamuk bakar
atau semprot, dsb. Disamping itu, dipikirkan pula apakah dengan musnahnya
nyamuk juga akan mengakibatkan menurunnya keanekaragaman hayati seperti cicak,
laba-laba, tokek, dll. Perlu dipertimbangkan apakah tindakan yang kita lakukan
mungkin mengakibatkan punahnya suatu jenis makhluk hidup. Nabi Isa a.s.,
beramanah agar kita tidak membunuh binatang kecuali untuk dimakan atau untuk pengobatan misalnya. Jadi
kalau nyamuk tidak untuk dimakan, manusia bisa merasakan manfaatnya melalui
jentik nyamuk yang dimakan ikan kemudian manusia memakan ikan tersebut.
Kecoak yang berada di kamar makan pada
hakikatnya datang untuk memakan sisa-sisa makanan. Jadi, sisa-sisa makanan yang
menjadi kotoran akan dimakan atau dibawa pergi oleh kecoak. Kalau ada
kekhawatiran bahwa kecoak mengakibatkan penyebaran penyakit, seperti diare.
Kecoak tanpa harus dibunuh tidak akan datang lagi apabila kamar makan kita
bersih tanpa ada ceceran sisa makanan yang tersisa.
Di bidang lain, misalnya pertanian kita
mengenal “gangguan” alang-alang, sedangkan di perairan ada “gangguan” eceng gondok
yang biasa disebut gulma (weed). Upaya pemberantasan yang dilakukan pada
alang-alang dapat diberdayakan menjadi usaha pengendalian yang menguntungkan.
Maksudnya adalah, ketika alang-alang dan eceng gondok dibersihkan, tumbuhan
tersebut bisa kita gunakan untuk sesuatu yang bermanfaat dengan menggunakan
daya dan peluang yang ada. Manusia menggunakan daya kreatifitasnya dengan
mengolah akar alang-alang menjadi bahan untuk minuman penyegar atau obat, dan
batangnya untuk dianyam menjadi kerajinan tangan. Begitu pula pada tanaman
eceng gondok, eceng gondok dapat digunakan untuk media penanaman jamur merang,
pembuatan kertas, sepatu, sandal dan sajadah; tangkainya yang sudah dikeringkan
dapat dijual dan digunakan untuk bahan baku kerajinan; dan akarnya sebagai
makanan ikan (Soerjani 1970;1981). Dari upaya pemberantasan yang beralih ke
cara pengendalian, akhirnya diketahui bahwa sebenarnya ada segi positif dari
kehadiran keduanya yang perlu kita pertimbangkan.
Ternyata terdapat berbagai tatanan alam
yang sebenarnya mengandung makna yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Misalnya
saja gunung yang terbentuk karena benturan lempeng Australia dan lempeng Asia
yang mencuat di pulau Papua mendorong ke atas berbagai material logam yang ada
di perut bumi, sepertii tembaga, emas, perak, dan sebagainya. Pada tahun 1936
seorang geolog muda Jean Jacques Dozy menemukan bujih logam di lembah Awegon
yang diberi nama Gunung Bijih (Erstberg). Karena pecah perang dunia ke II, baru
pada tahun 1960 ekspedisi Forbes Wilson dari Amerika Serikat mendapatkan
kesempatan untuk menelurusi jejak Dozy. Dan pada tahun 1972 penambangan terbuka
mulai dilaksanakan di Papua oleh PT.
Freeport Indonesia.
Demikian juga di laut, ada perputaran
air laut yang mengangkat aliran air ke dasar permukaan air (upwelling), dan
bersamaan dengan itu ikan dari dasar laut terbawa ke atas sehingga meningkatkan
penangkapan ikan oleh nelayan.
Jelas bahwa dengan mengembangkan ilmu
pengetahuan, kemampuan, dan kompetensi melalui pendidikan serta riset dan
teknologi, manusia akan memperoleh peluang untuk mengelola dan memanfaatkan
tatatan alam sebagai karunia tuhan secara lebih berguna dan bijak dalam menghadapi
tantangan kehidupan.
5. Makhluk Hidup, Pengada Insani, Biota
Makhluk hidup adalah pengada insani (biota) yang terutama
menunjukan perwujudan atau gejala adanya kehidupan. Padahal kehidupan sebenernya kehidupan itu
juga terwujud dengan adanya, hubungan timbal balik atau ketergantungannya
dengan pengada ragawi, baik benda, materi, air, udara, panas, sinar, cahaya, dan
seterusnya.
Lingkungan hidup adalah sistem kehidupan yang
merupakan kesatuan ruang dengan semua benda (materi), daya (energi), keadaan
(tatanan alam) dan makhluk hidup, termasuk manusia dengan perilakunya yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk
hidup lainnya.
Oleh karena itu sebagai salah satu pengada insani
dalam lingkungan hidup ini, perlu sekali kita pahami makna hidup dalam
kehidupan ini. Mengapa dan apa arti hidup, di mana kita hidup dan apa
kewajiban, tanggung jawab dan hak kita dalam hidup ini sebagaimana diamanahkan
oleh Tuhan yang menciptakannya. Jadi hidup kita ini mengemban amanah Tuhan agar
mampu melaksanakan kehidupan ini dengan sebaik mungkin. Kekuatan Alam yang
mempengaruhi kehidupan secara keseluruhan menentukan makna hukum dan tatanan
dinamika atau pertumbuhan, hukum energi atau termodinamika dan hukum adaptasi
atau survival yang pada hakikatnya berlaku baik bagi pengada insani (biota)
maupun pengada ragawi (abiota). Dalam lingkungan hidup itu secara terpadu kita
berada di dalamnya (imanen). Lingkungan hidup bukan sekadar alam sekitar,
karena kita berada di dalamnya. Kalau hidup kita bermakna, di mana kita
bersikap dan berprilaku sebaik mungkin, tidak mungkin terjadi atau pun
kerusakan lingkungan; karena rusaknya lingkungan berarti juga rusaknya makna
hidup kita.
Mineral mengalami pertumbuhan atau perpecahan
menjadi banyak; berlaku hukum energi yang mempengaruhi eksistensinya, dan
dipengaruhi atau teradaptasi oleh faktor lingkungan sekeliling. Demikian juga
makhluk hidup mengalami pertumbuhan (menjadi dewasa atau besar dan berkembang
biak), sangat memerlukan dan dipengaruhi hukum energi, untuk itu perlu makan
(mengais), browsing untuk mendapatkan materi dan energi yang diperlukan demi
kelangsungan hidup, dan terakhir adalah adaptasi pada lingkungan untuk survive.
Dalam menganalisa faktor lingkungan hidup perlu
didasari pengertian tentang hidup dan kehidupan, serta adanya pengada insani
(makhluk hidup, biota) maupun pengada ragawi (non-hayati, abiota). Kehadiran
manusia yang berada baik dalam lingkungan hidup alami maupun lingkungan hidup
binaan manusia harus dijaga keserasiannya oleh lingkungan hidup sosial yakni
kemitraan sosial manusia yang bersama-sama menetapkan makna, kewajiban,
tanggung jawab dan haknya dalam lingkungan hidupnya secara keseluruhan.
5.1 Perkembangbiakan
Pada
umumnya, proses perkembangbiakan hewan dan tumbuhan dibagi dalam dua
skala besar yaituPerkembangbiakan secara Generatif dan
Vegetatif. Lalu, apa yang dimaksud dengan perkembangbiakan secara Generatif dan
Vegetatif?
Perkembangbiakan
secara Generatif lebih dikenal dengan perkembangbiakan secara kawin atau
seksual. Perkembangbiakan secara generatif ditandai dengan adanya
pembuahan. Pembuahan itu sendiri yaitu proses dari peleburan antara sel telur
(sel kelamin betina) dan sel sperma (sel kelamin Jantan) pada hewan, sedangkan
pada tumbuhan yaitu proses dari peleburan benang sari (sel kelamin jantan) dan
putik (sel kelamin betina) pada tumbuhan. Perkembangbiakan secara generatif
menghasilkan individu yang memiliki perpaduan sifat-sifat dari kedua induknya.
Perkembangbiakan
secara Vegetatif dikenal dengan perkembangbiakan secara tidak kawin atau tak kawin.
Perkembangbiakan ini ditandai dengan tidak adanya proses pembuahan, dalam
artian bahwa perkembangbiakannya hanya melibatkan satu induk saja. Perkembangbiakan
secara Vegetatif menghasilkan individu yang memiliki sifat-sifat yang sama
seperti induknya.
5.2 Keunikan Biota
Banyaknya
ragam ekosistem seperti adanya kelompok ekosistem laut, ekosistem air tawar
dengan berbagai tipe perairan, estuaria serta kondisi alam lingkungannya akan
memungkinkan terciptanya suatu biota yang unik dan berbeda antara perairan
lainnya. Begitu pula dengan kelompok ekosistem darat, yang dengan disertai
faktor endemis akan menghasilkan jenis yang unik dan sangat spesifik. Suatu
jenis dikatakan unik apabila tiga komponen ada padanya, yaitu keberadaan dari
jenis itu dalam lingkungannya, tingkat kepunahan jenis dan tingkat endemisitas
dari jenis itu.
Keberadaan
suatu jenis merupakan kehadiran jenis itu pada suatu lokasi tertentu.
Keberadaan jenis tumbuhan dalam suatu lokasi tertentu akan menentukan kerapatan
relatif, bidang dasar relatif, dan frekuensi relatif pada suatu lokasi. Ketiga
faktor tersebut merupakan dasar perbandingan antara kerapatan, bidang dasar dan
frekuensi yang ideal bagi jenis tersebut.
Kepunahan
suatu jenis biota banyak terjadi karena kegiatan manusia yang merusak dan
menganggu kehidupan flora dan fauna. Baik karena perburuan, perdagangan jenis
yang tidak sah, atau karena eksploitasi sumber daya yang berlebihan dan
perusakan langsung maupun tidak langsung seperti terbakarnya habitat dan
sebagainya.
Indonesia
dengan jumlah pulaunya yang banyak dan terisolasi satu sama lainnya selama
kurun waktu yang lama mengakibatkan terjadinya evolusi jenis lokal yang khas
untuk pulau-pulau itu serta bersifat endemik untuk pulau tersebut (endemisitas
terjadi apabila suatu jenis hanya ada pada lokasi bersangkutan dan tidak
ditemukan pada lokasi lain). Indonesia merupakan negara dengan tingkat
endemisitas yang tinggi, khususnya di Sulawesi, Papua dan Kepulauan Mentawai di
lepas di pantai barat Sumatera.
6. Perilaku Makhluk Hidup
Perilaku
makhluk hidup berbeda-beda menurut kelompok dan keberadaannya dalam
kelompoknya. Makhluk hidup selain manusia menunjukkan perilaku yang mengikuti
tatanan alam yang sewajarnya.
6.1 Makhluk Hidup Lain
Keberadan
Makhluk hidup pada dasarnya menimbulkan kekaguman kita pada MahaKuasa-Nya Tuhan
yang menciptakannya. Semua yang ada mempunyai makna yang berbeda-beda,
beranekaragam, isi mengisi dan saling melengkapi sebagai suatu keutuhan sistem.
Pada umumnya semuanya menghasilkan suatu keindahan (amenity) dan akhirnya
secara sosial kita sepakati akan adanya nilai (bukan harganya) keindahan
itu.Makhluk hidup berada dalam tatanan alam yang serba indah dan mempesona (amenity)
seperti ikan di laut dan tumbuhan di hutan.
6.2 Perilaku Manusia
Pada
mulanya perilaku manusia yang hidup serasi dengan Alam, disekitar atau dalam
hutan serta di perdesaan wajar-wajar saja. Tetapi setelah kehidupan mulai
mengalami berbagai masalah dan kesulitan, muncullah perilaku yang kurang wajar.
Hal ini disebabkan karena tuntutan dasar untuk survive yang kalau perlu dicapai
walaupun harus melupakan kearifan kita sebagai manusia terhadap makhluk Tuhan
yang lain
Terhadap
tumbuhan dalam budaya Bonzai, tumbuhan sengaja diperlakukan hidup tidak pantas,
mati pun tidak, burung yang dikurung untuk dijual, kupu-kupu yang dimatikan
untuk pajangan.
Perilaku
yang memberikan kesan lebih menyedihkan antara lain adalah menjual monyet,
pertunjukkan komodo makan kambing, mengadu burung untuk berjudi, pertunjukkan
buaya melahap ayam, dan sebagainya.
Terlebih
lagi sangat memprihatinkan bagaimana manusia memperlakukan manusia lain dengan
sewenang-wenang untuk kepentingan, kekuasaan maupun keuntungan dirinya.
7. KELANGSUNGAN PERI
KEHIDUPAN
Kelangsungan peri kehidupan di Bumi
ini tidak mudah untuk diperkirakan. Berbagai keanekaragaman factor, keadaan,
daya, dan waktu sangat menentukan apa wujud dari kelangsungan peri kehidupan.
Keadaan atau tatanan Alam yang sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan, masih
terlalu terbatas, untu dapat kita ketahui sperti gnung, letusan gunung berapi,
tsunami, el nino, el nina dan lain sebagainya dinamika tatanan itu harus dapat
di manfaatkan untuk menyelamatkan kelangsungan peri kehidupan kita.
7.1 Daur kehidupan
Dengan memahami daur kehidupan yang terjadi dan upaya penyesuaian
diri dengan fenomena yang terjadi, berbagai resiko kehidupan dapat kita
tanggapi secara lebih arif dan bijaksana. Misalnya saja hubungan antara makhluk
hidup yang memisahkan kelompok autotrof dan heterotrof .
Autotrof
merupakan organisme hidup yang dapat mengolah makanan sendiri, seperti pada
proses fotosintesis yang pada dasarnya membutuhkan cahaya matahari dan
karbondioksida ( CO2 )
untuk menghasilkan energy dalam bentuk ATP, oksigen O2 dan produk organic. Produk organic ini
yang dibutuhkan oleh organisme heterotrof untuk membentuk karbondioksida yang
diperlukan oleh organism Autotrof, dan daur ini terus menerus berlangsung
dengan keterkaitan masing-masing.
7.2 Piramida kehidupan
Piramida makanan ini terbentuk dari
struktur tropic atau fingsi tropic, artinya kehadiran (eksitensi) suatu jenis
berada dalam struktur atau fungsi makanan dari jenis lain.
1. Piramida jumlah kalori dan jumlah biomasa
Produsen primer terdiri atas
sejumlah 1.500.000 individu, misalnya rumput ; dimakan konsumen 1(kambing,
rusa, kijang dan sebagainya)
jumlah 200 ekor, dikonsumsi karnivora ( 10 ekor srigala), sebagai konsumen
2 dan yang di mangsa konsumen 3 seekor harimau
|
|
2). Piramida Energi
Piramida energi menunjukan penurunan energi produsen primer (pohon atau
rumput), menurun setelah dikonsumsi oleh herbivora karena sebagian terbebaskan
sebagai energi dan sebagian menjadi makanan saprovor.
7.3 Daur hidup lain
Di alam ada
berbagai kelangsungan peri kehidupan suatu jenis yang perlu diperdalam
pengertian dan paham kita dengan mempelajari biologi secara lebih mendalam.
Pada Gambar 43 terlihat ada fenomena unik dimana hubungan antara tumbuhan dan
hewan dapat berlangsung saling menguntungkan, tetapi juga dapat mematikan, yang
makanya adalah kearah pengaturan keseimbangan populasi antarjenis makhluk
hidup.
(A)
(B) (C)
Di
belantara topik Sumatera, Malaysia dan sekitarnya terdapat Nepenthes
gymnosphorayang mendapatkan sebagian bahan metabolisme dari serangga yang jatuh
ke dalam bunga untuk kemudian menagkap dan mencernakannya(A).Ssedangkan raflesia
arnoldi dengan baunya yang menarik datangnya serangga yang merupakan polinator
sebagai penyerbuk bunga Raflesiam
(B). Hal yang sama juga terjadi pada penyerbukan bunga
bangkai (amorphophallus titanum) (C)
8. Kesejahteraan Makhluk Hidup
Kesejahteraan (welfare) adalah kondisi
baik dari seseorang yang terukur seperti kesehatan atau materi yang dimiliki,
ataupun yang sulit untuk diukur seperti kebahagiaan (happiness), ketentraman,
rasa keadilan, dan seterusnya.
8.1
Kesejahteraan manusia
Kesejahteraan yang lahir itu tidak hanya
kebutuhan dasar fisiologi seperti makan, minum, bernapas dan sebagainya,
disamping itu juga terdapat kebutuhan fisik untuk mendapatkan ketentraman hidup
diri dari gangguan keamananan. Manusia juga mempunyai kebutuhan dasar
psikologi, yakni sikap lahirpribadi jati diri atau egoism (self personal
esteem) yang merupakan kepercayaan diri. Manusia juga memerlukan hubungan
kekerabatan dan kemitraan antar sesame manusia, yang menuntut sikap saling
menghormati (interpersonal esteem) dalam keluarga, dalam pergaulan dan dalam
kehidupan bermasyarakat. Sedangkan kesejahteraan batin termasuk yang bersifat
keagamaan, keyakinan, moral, dan etika.
Kenyataan tentang tingkat atau ukuran
kesejahteraan manusia sangat beranekaragam. Secara lebih khusus dapat
dipergunakan tingkat kualiatas hidup manusia yang dapat diukur sebagai berikut
:
1.
Harapan usia, pada waktu
dilahirkan setiap individu mempunyai harapan untuk mencapai tahapan usia. Ada
yang meninggal langsung waktu dilahirkan, ada yang meninggal pada umur balita (bawah umur lima tahun), ada
pula yang remaja, dewasa dan lansia.
2.
Kualitas hidup manusi
sebagian besar tersebut di atas adalah berkar dari perilaku manusia ditambah
resiko karena kecenderungan menurunnya kualitas lingkungan, baik daya dukung
maupun daya tampungnya.
Gambar
8.1
Kesenjangan sosial yang terjadi di Jakarta pada
umumnya, dimana anatara yang miskin dan yang kecukupan terlihat di sepanjang
hari. Hal ini jelas menyangkut masalah pendidikan, peluan dan kebijakan,
ketenagakerjaan serta keadilan sosial.
Dalam gambaran hidup bermasyarakat
timbul pula kesenjangan antara masyarakat “kumuh” dengan masyarakat “mewah”.
|
(A) |
|
(B) |
Gambar
46.
Kesenjangan
antara perumahan kumuh keluarga miskin yang tinggal dirumah sangat sederhana
sekali (A) yang kerap kali tergusur oleh rumah mewah yang merupakan gambaran
timpananganya keadilan (B)
4.8.2
Kesejahteraan makhluk hidup lain
Kesejahteraan makhluk hidup lain itu juga tidak dapat
diukur dengan nilai kita. Misalnya saja usaha untuk mengamankan pertanaman atau
kebun kita dari terjangan gajah, seharusnya tidak dapat diatasi dengan menangkap
dan mengajarinya gajah main bola itu dapat menumbulkan sesuatu yang
menyenangkan gajah itu sendiri. Pertimbangan bahwa kita dapat keuntungan dengan
tontonan permainan gajah dan memberinya makanan, belum berarti menciptakan
“kesejahteraan” bagi gajah-gajah itu. Kebebasan untuk berperilaku secara alami
kiranya merupakan hak asasi untuk mereka nikmati, misalnya untuk tidak
mengganggu arah perjalanan mereka kesungai untuk minum dan mandi.
Demikian pula makna Kebun Raya Bogor , Cibodaa (Puncak), Puwodadi (Malang),
Kebun Raya Sibolangit (Padang), Kebun
Raya Eka Karya (Bali) merupakan uapaya manusia untuk menempatkan flora di
habitat buatan (ex-situ) bagi keperluan wisata, keindahan, pendidikan dan
penelitian.
Gambar
47.
Kebun
Raya Bogor sering di jadikan tempat dalam rangka studi-wisata para turis dan
mahasiswa.
Kalau manusia tidak mengekploitasi makhluk hidup lain,
khususnya satwa, banyak kegiatan saling isi – mengisi antara kebutuhan manusia
dengan sesuatu yang belum tentu menguntungkan atau menyenangkan satwa lain,
setidak-tidaknya manusia tidak mengganggunya secara berlebihan.
Manusia juga seharusnya melihat dan mempelajari dengan
kearifan yang peka terhadap perilaku binatang yang sering kali membuat diri
kita iba dan malu sendiri.
Jelas kiranya kalau kita mau memberi isi atau makna
tentang lingkungan hidup mulai ruang, perilaku manusia dan kesejahteraan
makhluk hidup lain dengan semsetinya akan kita nikmati hidup yang lebih
tentram, lebih bermakna dan lebih menyenangkan.
Bab III
Penutup
Lingkungan
hidup adalah suatu sistem, mulai dari ruang, dimana di dalam ruang itu terdapat
pengada (entity) baik pengada ragawi nirhidup (abiota) dan pengada insani
(biota). Kemudian dalam lingkungan hidup terdapat tatanan alam atau keadaan
yang dialami makhluk hidup dikarenakan
peristiwa alam, terdiri atas 2 jenis yaitu alogenik dan autogenik.
Dalam
lingkungan hidup sebenarnya terdapat berbagai tatanan alam yang mengandung
makna dan dapt dimanfaatkan oleh manusia. Manusia memiliki kemampuan untuk
menghadapi tantangan serta peluang untuk melakukan sesuatu yang bermakna dalam
kehidupan. Peluang ini juga merupakan kewajiban dan tugas manusia dalam
masyarakat sesuai dengan keselamatan atau manfaat yang diinginkan.
Pada
mulanya perilaku manusia yang hidup dengan Alam, melakukan hal yang wajar-wajar
saja. Namun, setelah kehidupan muali mengalammi berbagai masalah dan kesulitan,
muncullah perilaku kurang wajar. Hal ini disebabkan karena tuntutan dasar untuk
tetapi bertahan hidup walaupun harus melupakan kearifan kita sebagai manusia
terhadap makhluk Tuhan yang lain. Sebagai manusia yang hidup dalam suatu
lingkungan yang terdiri dari manusia dan makhluk hidup lain kita tidak hanya
memikirkan kesejahteraan manusia saja melainkan kesejahteraan makhluk hidup
lain.
Jelas kiranya
jika kita mau memberikan isi atau makna tentang lingkungan hidup mulai ruang,
perilaku manusia, dan kesejahteraan makhluk hidup lain dengan semestinya akan
kita nikmati hidup yang lebih tenteram, lebih bermakna dan lebih menyenangkan.
DaftarPustaka
http://www.belantaraindonesia.org/2012/03/cincin-api-di-indonesia.html