Kamis, 09 Mei 2013

Puisi Untuk Bumi

Maafkan aku bumiku
Oleh: Nurmellyta Tri Hartati

Sejuknya udara yang ku hirup saat ini
tak semurni kasih ibu padaku
Udara itu telah rusak karenaku
Ya, itulah aku seorang manusia

       Untuk bertahan hidup,
       aku lakukan semua hal yang mungkin
       Tak perduli aku pada alam semestaku
       Itulah aku, seorang manusia

Aku tebang hutan
dan juga ku kuras perut bumi
Limbah aku serakkan dimana-mana
dan telah aku hancurkan masa depan bumiku

       Kini akan kuubah aku
       untuk alamku, diriku, dirimu, dan kita
       Maafkan aku wahai bumiku
       Aku akan jadi manusia yang lebih ramah pada alam

Makalah Kelompok 4


MAKALAH MAKNA LINGKUNGAN HIDUP
(Kelompok 4)

Penyusun:
1.    Dianti Putri Yuliani (1001045042)
2.    Indah Permatasari (1001045049)
3.    Nurmellyta Tri Hartati (1001045059)
4.    Septiriana Sari (10010450   )
PGSD 6J


Bab I
Pendahuluan

1.      LatarBelakang
Semakin hari, semakin dirasakan oleh manusia untuk harus mengenal lingkungannya, apalagi perkembangan IPTEK yang begitu pesat, pola penduduk dunia yang berubah, begitu pula berkembangnya kekuatan manusia yang mengubah lingkungan. Untuk memahami lingkungan hidupseutuhnya, kita harus memahami terlebih dahulu makna lingkungan hidup yang berada di sekitarkita.Untuk memahami lebih mendasar makna lingkungan hidup sebagai suatu system, terlebih dahulu sebaiknya dimulai dengan pengertian kata demi kata, mulai dengan ruang, dimana di dalam ruang tersebut terdapa tpengada(entity) ragawi (biota atau benda nirhidup baik yang alami maupun yang buatan; keadaan atau tatanan alam; daya, peluang, dan tantangan; pengada insani (biota) atau makhluk hidup termasuk manusia; perliaku makhluk hidup; peri manusia, dan sebaginya.

2.      TujuanPenulisan
·         Menambah pengetahuan tentang makna lingkungan hidup beserta penyusunnya.
·         Memenuhi tugas matakuliah Sumberdaya Alam Berkelanjutan





Bab II
Pembahasan

Makna Lingkungan Hidup

Lingkungan, di Indonesia sering juga disebut "lingkungan hidup". Misalnya dalam Undang-Undang no. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, definisi Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia, dan perilakunya, yang memengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.A.F.A Pengertian lingkungan hidup bisa dikatakan sebagai segala sesuatu yang ada di sekitar manusia atau makhluk hidup yang memiliki hubungan timbal balik dan kompleks serta saling mempengaruhi antara satu komponen dengan komponen lainnya.
Pada suatu lingkungan terdapat dua komponen penting pembentukannya sehingga menciptakan suatu ekosistem yakni komponen biotik dan komponen abiotik. Komponen biotik pada lingkungan hidup mencakup seluruh makluk hidup di dalamnya, yakni hewan, manusia, tumbuhan, jamur dan benda hidup lainnya. sedangkan komponen abiotik adalah benda-benda mati yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup makhluk hidup di sebuah lingkungan yakni mencakup tanah, air, api, batu, udara, dan lain sebaiganya.
Pengertian lingkungan hidup yang lebih mendalam menurut No 23 tahun 2007 adalah kesatuan ruang dengan semua benda atau kesatuan makhluk hidup termasuk di dalamnya ada manusia dan segala tingkah lakunya demi melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia maupun mahkluk hidup lainnya yang ada di sekitarnya.
1.    Ruang
Ruang yang dihuni manusia adalah alam atau daratan yang luasnya ± 29% dari seluruh luas permukaan bumi. Selebihnya 71% adalah lautan. Penduduk yang menghuninya berjumlah lebih dari 6,5 miliar jiwa, di antaranya Bangsa Indonesia, lebih dari 217 juta merupakan 3% dari penduduk di Bumi yang menghuni hanya 1,3% dari luas daratan. Jadi ruang yang dihuni Bangsa Indonesia termasuk yang cukup padat penduduknya.
1.1 Ruang Angkasa
Ruang angkasa atau universe adalah alam atau jagat raya di mana Bumi berada di dalamnya sebagai salah satu planet dari sistem Matahari.
1.2 Ruang di rumah
Dirumah kita makna ruang berbeda-beda, di dalamnya terdapat halaman rumah, ruang tamu, kamar tidur, ruang makan, kamar mandi, dan yang lainnya. Dengan fungsinya yang berbeda-beda, nilai kebersihannya pun juga berbeda-beda. Kamar mandi yang bersih berbeda tolak ukurnya dengan kamar makan dan kamar tidur yang bersih. Secara keseluruhan nilai rumah ini melebihi jumlah nilai dari setiap bagiannya, karena nilai rumah yang merupakan keutuhan nilai dari berbagai macam kebutuhan kita akan ruang. Nilai keutuhan suatu sistem selalu akan lebih dari jumlah nilai bagian-bagian dari sistem yang utuh itu.
1.3 Ruang di sekolah
Demikian pula pperincian ruang di sekolah yang berbeda-beda, fungsinya pun berbeda-beda.


 


2.    Benda
Segenap yang ada atau pengada (entity) di Alam Semesta ini terdiri atas benda atau pengada ragawi (abiota) yang nirhidup. Benda adalah pengada ragawi nirhidup (abiota) yang sering salah disebut sebagai benda mati, karena sesuatu yang mati tentulah sebelumnya pernah hidup, sedangkan benda nirhidup benda yang memang tidak pernah hidup. Benda dapat dipilah-pilah sebagai benda padat, cair dan gas.
2.1 Benda padat
Benda padat terdiri atas benda padat alami (natural) dan benda padat buatan (artifisial). Contoh benda alami (natural) adalah tanah, batu, kristal, air, dan udara. Ada yang dapat diraba seperti batu, tanah dan air, tetapi ada yang tidak dapat diraba namun bisa dirasakan keberadaannya yaitu udara, sinar, cahaya, api, dan sebagainya. Benda buatan manusia disebut artidisial karena wujudnya tidak ada di alam tetapi dihasilkan dari Alam seperti plastik, polyethylene, vynil, kertas, listrik, dan sebagainya.
Contoh benda padat alami (natural)









 


Contoh benda padat buatan (artifisial)














2.2 Benda Cair

Pengertian benda cair adalah suatu benda yang berbentuk cair, yang mempunyai sifat mengalir, basah, bentuk tidak tetap atau menyesuaikan dengan tempat yang ditempatinya serta volumenya tetap. Contoh benda cair adalah air, bensin dan lain-lain. Sedangkan dalam kamus besar Bahasa Indonesia arti zat cair ialah bahan dl bentuk yg mudah mengalir dan mencari tempat terendah, biasa dianggap sebagai bentuk antara (antara bentuk padat dan gas).
2.3 Benda Gas
Pengertian benda gas adalah benda yang berbentuk gas bisa bentuk cair bisa bentuk padat, yang mempunyai sifat mengisi ruang, mengalir dan berubah bentuk namun berbeda dengan benda cair. Contoh benda gas udara yang kita hirup, asap hasil pembakaran dan lain-lain.

3. Keadaan , Tatanan Alam
Keadaan yang dimaksud adalah tatanan lingkungan hidup yakni apa yang dialami makhluk hidup. Keadaan atau tatanan alam ini terjadi karena dinamika alam yang terdiri atas alogeni, alogenik atau alogenesis oleh peristiwa alam yang menimpa makhluk hidup. Alele adalah “asing” karena peristiwa yang menimpa makhluk hidup berasal dari pihak lain. Keadaan yang timbul karena ulah makhluk hidup disebut autogenic atau autogenesis.

Ø  Alogenik
Alogenik adalah keadaan alam yang terjadi karena dinamika dalam alam. Kejadian atau tatanan alam ini berupa gempa, letusan gunung api, gelombang tsunami, dan sebagainya. Letusan gunung api Toba, terjadi 74.000 tahun yang lalu dan melemparkan 3000 km³ material ke atmosfer. Di Indonesia, juga terjadi letusan gunung api yang cukup hebat, antara lain gunjung Tambora (1815), dan gunung Krakatau (1883). Akibat letusan gunung Krakatau yang sangat dahsyat, dampak letusan dirasakan hingga ratusan bahkan ribuan kilometer jauhnya. Akibat letusan pula gunung Krakatau hancur, namun muncul anak gunung Krakatau yang saat hingga saat ini masih menunjukkan tanda-tanda keaktifannya.
Contoh lain adalah tsunami besar yang terjadi di Aceh dan Sumatera Utara pada tanggal 26 Desember 2005. Akibat tsunami, Aceh dan Sumatera Utara porak-poranda dan memakan ratusan ribu korban jiwa. Setelah tsunami banyak yang berubah di tempat yang dilalui tsunami termasuk keadaan alamnya. Gempa yang terjadi sebelum tsunami juga membentuk keadaan alam diantaranya tanah menjadi retak.
Menurut para ilmuwan, Indonesia terletak di daerah “ring of fire” atau lingkaran api. Dari sebanyak 129 gunung api di Indonesia atau 13 persen dari seluruh gunung api di dunia, terbentang dari pulau Sumatera menyusuri pulau Jawa kemudian menyeberang ke Bali, Nusa Tenggara hingga bagian timur Maluku dan berbelok ke utara pulau Sulawesi. Atau melingkari Kepulauan Indonesia sehingga dikenal dengan sebutan lingkaran api ( The Ring of Fire ) Indonesia, atau jalur tektonik Indonesia, tegas Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi, Dr Surono.
Banyaknya gunung api di Indonesia, karena negara kepulauan ini tercabik - cabik oleh keberadaan pusat hiruk - pikuk tiga lempeng tektonik ( tectonic plate ), yang saling bertabrakan, katanya. Masing - masing lempeng Eurasia, lempeng Indo - Australia dan lempeng Pasifik, tumbukan ketiga lempeng tersebut pada akhirnya membentuk rangkaian gunung api di Indonesia. Gunung api tersebut yang menyebabkan Indonesia rawan bencana gunung api meletus yang membentuk alogenik di daerah sekitar letusan. Seperti letusan gunung api Merapi di Jawa Tengah yang terjadi tahun 2009 yang menghanguskan daerah lereng dan kaki gunungnya. Sehingga keadaan alamnya menjadi berubah karena dampak letusan tersebut.

Ø  Autogenic
Makhluk hidup juga mungkin berbuat sesuatu sehingga dapat mengubah keadaan di bumi. Kejadian ini disebut autogenic, autogenic atau autogenesis.Manusia adalah makhluk hidup yang dapat melakukannya, contohnya adalah seperti pembangunan dam yang membendung aliran sungai menjadi danau buatan seperti danau Jatiluhur, danau Karangkates, dll. Contoh lainnya adalah terjadi perubahan dua laut yang dihubungkan oleh manusia dengan terusan, seperti terusan Suez, terusan Panama, dsb.
Binatang juga dapat melakukan sesuatu yang merubah keadaan alam seperti burung yang membuat sarang, burung pelatuk yang melubangi pohon, dsb. Ada pula yang mampu menimbulkan perubahan alam sewaktu menggali lubang perlindungan seperti ular atau tikus, rayap yang memakan kayu atau batang pohon hingga hancur, dsb.
Jelas bahwa sikap dan perilaku makhluk hidup, khususnya manusia (antropogenik) yang berakal pikiran perlu disesuaikan dengan tatanan alam yang ada. Misalnya, letusan gunung api yang dapat diperhitungkan dengan mengukur getaran seismograf yang dapat dipantau langsung atau melalui satelit dan diteruskan kepada instansi yang bersangkutan seperti Badan Metereolodi dan Geofisika (BMG) untuk disebarluaskan sebagai peringatan dini bagi penyelamatan diri masyarakat.
Di samping itu juga perlu dipahami bahwa ada di antara atatanan alogeni yang dapat dipengaruhi juga oleh perilaku autogenic, khususnya oleh manusia. Contohnya adalah tanah longsor, banjir, dsb yang seringkali kita kenal dengan bencana alam. Padahal banyak kasus dimana hal itu terjadi karena dipicu oleh kegiatan manusia seperti penebangan hutan, membuang sampah ke sungai, dsb.

4. Daya, Peluang dan Tantangan
Daya umumnya diartikan sebagai kekuatan, kemampuan atau tantangan. Pengertian itu benar, tapi secara lebih luas maknanya adalah peluang atau kesempatan. Artinya, bagaimana kemampuan yang ada pada manusia digunakan dalam menghadapai tantangan serta peluang untuk melakukan sesuatu yang bermakna dalam kehidupan. Peluang ini juga merupakan kewajiban dan tugas manusia dalam masyarakat sesuai dengan manfaat dan kebutuhan.
Faktor yang menentukan tersedianya peluang sangat beragam, pertama adalah kemampuan kita untuk mengerti dan memahami sesuatu, apa yang ada, dan apa yang sebenarnya kita butuhkan. Factor berikutnya adalah memahami sumber daya alam yang ada, termasuk potensi dan keadaannya. Misalnya, upaya menjauhi wilayah gempa, menghindari wilayah meletusnya gunung api, dsb. Untuk itulah manusia perlu menjalani proses pendidikan dan penelitian tanpa henti untuk meningkatkan daya dalam mempergunakan peluang untuk menghadapi tantangan yang ada di sekitar kita setiap harinya.
Segala sesuatu yang diciptakan Tuhan adalah pengada yang pasti dengan fungsi atau maknanya masing-masing dalam kehidupan. Paham tersebut disebut entitisme. Dalam kenyataan yang ada sekarang, hal ini masih terlalu sulit untuk kita pahami. Misalnya, keberadaan nyamuk. Walaupun nyamuk dapat menyebabkan tersebarnya penyakit seperti malaria atau demam berdarah, sebenarnya dibalik itu kita perlu menerima adanya tantangan sebagai pesan kebersihan lingkungan. Di samping itu, perlu dilengkapi dengan paham bahwa nyamuk dapat menjadi makanan cicak, tokek, dan laba-laba; juga makanan ikan yang kita pelihara sehingga keberadaan nyamuk di sekitar kita bisa kita hadapi dengan sebenar-benarnya untuk menghindari kemungkinan yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, perlu dorongan untuk meneliti dan menemukan cara guna menghindarinya dengan menggunakan lotion anti nyamuk, obat nyamuk bakar atau semprot, dsb. Disamping itu, dipikirkan pula apakah dengan musnahnya nyamuk juga akan mengakibatkan menurunnya keanekaragaman hayati seperti cicak, laba-laba, tokek, dll. Perlu dipertimbangkan apakah tindakan yang kita lakukan mungkin mengakibatkan punahnya suatu jenis makhluk hidup. Nabi Isa a.s., beramanah agar kita tidak membunuh binatang kecuali untuk  dimakan atau untuk pengobatan misalnya. Jadi kalau nyamuk tidak untuk dimakan, manusia bisa merasakan manfaatnya melalui jentik nyamuk yang dimakan ikan kemudian manusia memakan ikan tersebut.
Kecoak yang berada di kamar makan pada hakikatnya datang untuk memakan sisa-sisa makanan. Jadi, sisa-sisa makanan yang menjadi kotoran akan dimakan atau dibawa pergi oleh kecoak. Kalau ada kekhawatiran bahwa kecoak mengakibatkan penyebaran penyakit, seperti diare. Kecoak tanpa harus dibunuh tidak akan datang lagi apabila kamar makan kita bersih tanpa ada ceceran sisa makanan yang tersisa.
Di bidang lain, misalnya pertanian kita mengenal “gangguan” alang-alang, sedangkan di perairan ada “gangguan” eceng gondok yang biasa disebut gulma (weed). Upaya pemberantasan yang dilakukan pada alang-alang dapat diberdayakan menjadi usaha pengendalian yang menguntungkan. Maksudnya adalah, ketika alang-alang dan eceng gondok dibersihkan, tumbuhan tersebut bisa kita gunakan untuk sesuatu yang bermanfaat dengan menggunakan daya dan peluang yang ada. Manusia menggunakan daya kreatifitasnya dengan mengolah akar alang-alang menjadi bahan untuk minuman penyegar atau obat, dan batangnya untuk dianyam menjadi kerajinan tangan. Begitu pula pada tanaman eceng gondok, eceng gondok dapat digunakan untuk media penanaman jamur merang, pembuatan kertas, sepatu, sandal dan sajadah; tangkainya yang sudah dikeringkan dapat dijual dan digunakan untuk bahan baku kerajinan; dan akarnya sebagai makanan ikan (Soerjani 1970;1981). Dari upaya pemberantasan yang beralih ke cara pengendalian, akhirnya diketahui bahwa sebenarnya ada segi positif dari kehadiran keduanya yang perlu kita pertimbangkan.
Ternyata terdapat berbagai tatanan alam yang sebenarnya mengandung makna yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Misalnya saja gunung yang terbentuk karena benturan lempeng Australia dan lempeng Asia yang mencuat di pulau Papua mendorong ke atas berbagai material logam yang ada di perut bumi, sepertii tembaga, emas, perak, dan sebagainya. Pada tahun 1936 seorang geolog muda Jean Jacques Dozy menemukan bujih logam di lembah Awegon yang diberi nama Gunung Bijih (Erstberg). Karena pecah perang dunia ke II, baru pada tahun 1960 ekspedisi Forbes Wilson dari Amerika Serikat mendapatkan kesempatan untuk menelurusi jejak Dozy. Dan pada tahun 1972 penambangan terbuka mulai dilaksanakan di Papua  oleh PT. Freeport Indonesia.
Demikian juga di laut, ada perputaran air laut yang mengangkat aliran air ke dasar permukaan air (upwelling), dan bersamaan dengan itu ikan dari dasar laut terbawa ke atas sehingga meningkatkan penangkapan ikan oleh nelayan.
Jelas bahwa dengan mengembangkan ilmu pengetahuan, kemampuan, dan kompetensi melalui pendidikan serta riset dan teknologi, manusia akan memperoleh peluang untuk mengelola dan memanfaatkan tatatan alam sebagai karunia tuhan secara lebih berguna dan bijak dalam menghadapi tantangan kehidupan.

5.   Makhluk Hidup, Pengada Insani, Biota

Makhluk hidup adalah pengada insani (biota) yang terutama menunjukan perwujudan atau gejala adanya kehidupan.  Padahal kehidupan sebenernya kehidupan itu juga terwujud dengan adanya, hubungan timbal balik atau ketergantungannya dengan pengada ragawi, baik benda, materi, air, udara, panas, sinar, cahaya, dan seterusnya.
Lingkungan hidup adalah sistem kehidupan yang merupakan kesatuan ruang dengan semua benda (materi), daya (energi), keadaan (tatanan alam) dan makhluk hidup, termasuk manusia dengan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
Oleh karena itu sebagai salah satu pengada insani dalam lingkungan hidup ini, perlu sekali kita pahami makna hidup dalam kehidupan ini. Mengapa dan apa arti hidup, di mana kita hidup dan apa kewajiban, tanggung jawab dan hak kita dalam hidup ini sebagaimana diamanahkan oleh Tuhan yang menciptakannya. Jadi hidup kita ini mengemban amanah Tuhan agar mampu melaksanakan kehidupan ini dengan sebaik mungkin. Kekuatan Alam yang mempengaruhi kehidupan secara keseluruhan menentukan makna hukum dan tatanan dinamika atau pertumbuhan, hukum energi atau termodinamika dan hukum adaptasi atau survival yang pada hakikatnya berlaku baik bagi pengada insani (biota) maupun pengada ragawi (abiota). Dalam lingkungan hidup itu secara terpadu kita berada di dalamnya (imanen). Lingkungan hidup bukan sekadar alam sekitar, karena kita berada di dalamnya. Kalau hidup kita bermakna, di mana kita bersikap dan berprilaku sebaik mungkin, tidak mungkin terjadi atau pun kerusakan lingkungan; karena rusaknya lingkungan berarti juga rusaknya makna hidup kita.
Mineral mengalami pertumbuhan atau perpecahan menjadi banyak; berlaku hukum energi yang mempengaruhi eksistensinya, dan dipengaruhi atau teradaptasi oleh faktor lingkungan sekeliling. Demikian juga makhluk hidup mengalami pertumbuhan (menjadi dewasa atau besar dan berkembang biak), sangat memerlukan dan dipengaruhi hukum energi, untuk itu perlu makan (mengais), browsing untuk mendapatkan materi dan energi yang diperlukan demi kelangsungan hidup, dan terakhir adalah adaptasi pada lingkungan untuk survive.
Dalam menganalisa faktor lingkungan hidup perlu didasari pengertian tentang hidup dan kehidupan, serta adanya pengada insani (makhluk hidup, biota) maupun pengada ragawi (non-hayati, abiota). Kehadiran manusia yang berada baik dalam lingkungan hidup alami maupun lingkungan hidup binaan manusia harus dijaga keserasiannya oleh lingkungan hidup sosial yakni kemitraan sosial manusia yang bersama-sama menetapkan makna, kewajiban, tanggung jawab dan haknya dalam lingkungan hidupnya secara keseluruhan.

5.1    Perkembangbiakan

Pada umumnya, proses perkembangbiakan hewan dan tumbuhan dibagi dalam dua skala besar yaituPerkembangbiakan secara Generatif dan Vegetatif. Lalu, apa yang dimaksud dengan perkembangbiakan secara Generatif dan Vegetatif?
Perkembangbiakan secara Generatif lebih dikenal dengan perkembangbiakan secara kawin atau seksual. Perkembangbiakan secara generatif ditandai dengan adanya pembuahan. Pembuahan itu sendiri yaitu proses dari peleburan antara sel telur (sel kelamin betina) dan sel sperma (sel kelamin Jantan) pada hewan, sedangkan pada tumbuhan yaitu proses dari peleburan benang sari (sel kelamin jantan) dan putik (sel kelamin betina) pada tumbuhan. Perkembangbiakan secara generatif  menghasilkan individu yang memiliki perpaduan sifat-sifat dari kedua induknya.
Perkembangbiakan secara Vegetatif dikenal dengan perkembangbiakan secara tidak kawin atau tak kawin. Perkembangbiakan ini ditandai dengan tidak adanya proses pembuahan, dalam artian bahwa perkembangbiakannya hanya melibatkan satu induk saja. Perkembangbiakan secara Vegetatif menghasilkan individu yang memiliki sifat-sifat yang sama seperti induknya.

5.2       Keunikan Biota
Banyaknya ragam ekosistem seperti adanya kelompok ekosistem laut, ekosistem air tawar dengan berbagai tipe perairan, estuaria serta kondisi alam lingkungannya akan memungkinkan terciptanya suatu biota yang unik dan berbeda antara perairan lainnya. Begitu pula dengan kelompok ekosistem darat, yang dengan disertai faktor endemis akan menghasilkan jenis yang unik dan sangat spesifik. Suatu jenis dikatakan unik apabila tiga komponen ada padanya, yaitu keberadaan dari jenis itu dalam lingkungannya, tingkat kepunahan jenis dan tingkat endemisitas dari jenis itu.
Keberadaan suatu jenis merupakan kehadiran jenis itu pada suatu lokasi tertentu. Keberadaan jenis tumbuhan dalam suatu lokasi tertentu akan menentukan kerapatan relatif, bidang dasar relatif, dan frekuensi relatif pada suatu lokasi. Ketiga faktor tersebut merupakan dasar perbandingan antara kerapatan, bidang dasar dan frekuensi yang ideal bagi jenis tersebut.
Kepunahan suatu jenis biota banyak terjadi karena kegiatan manusia yang merusak dan menganggu kehidupan flora dan fauna. Baik karena perburuan, perdagangan jenis yang tidak sah, atau karena eksploitasi sumber daya yang berlebihan dan perusakan langsung maupun tidak langsung seperti terbakarnya habitat dan sebagainya.
Indonesia dengan jumlah pulaunya yang banyak dan terisolasi satu sama lainnya selama kurun waktu yang lama mengakibatkan terjadinya evolusi jenis lokal yang khas untuk pulau-pulau itu serta bersifat endemik untuk pulau tersebut (endemisitas terjadi apabila suatu jenis hanya ada pada lokasi bersangkutan dan tidak ditemukan pada lokasi lain). Indonesia merupakan negara dengan tingkat endemisitas yang tinggi, khususnya di Sulawesi, Papua dan Kepulauan Mentawai di lepas di pantai barat Sumatera.

6.   Perilaku Makhluk Hidup
Perilaku makhluk hidup berbeda-beda menurut kelompok dan keberadaannya dalam kelompoknya. Makhluk hidup selain manusia menunjukkan perilaku yang mengikuti tatanan alam yang sewajarnya.

6.1       Makhluk Hidup Lain
Keberadan Makhluk hidup pada dasarnya menimbulkan kekaguman kita pada MahaKuasa-Nya Tuhan yang menciptakannya. Semua yang ada mempunyai makna yang berbeda-beda, beranekaragam, isi mengisi dan saling melengkapi sebagai suatu keutuhan sistem. Pada umumnya semuanya menghasilkan suatu keindahan (amenity) dan akhirnya secara sosial kita sepakati akan adanya nilai (bukan harganya) keindahan itu.Makhluk hidup berada dalam tatanan alam yang serba indah dan mempesona (amenity) seperti ikan di laut dan tumbuhan di hutan.

6.2       Perilaku Manusia
Pada mulanya perilaku manusia yang hidup serasi dengan Alam, disekitar atau dalam hutan serta di perdesaan wajar-wajar saja. Tetapi setelah kehidupan mulai mengalami berbagai masalah dan kesulitan, muncullah perilaku yang kurang wajar. Hal ini disebabkan karena tuntutan dasar untuk survive yang kalau perlu dicapai walaupun harus melupakan kearifan kita sebagai manusia terhadap makhluk Tuhan yang lain
Terhadap tumbuhan dalam budaya Bonzai, tumbuhan sengaja diperlakukan hidup tidak pantas, mati pun tidak, burung yang dikurung untuk dijual, kupu-kupu yang dimatikan untuk pajangan.
Perilaku yang memberikan kesan lebih menyedihkan antara lain adalah menjual monyet, pertunjukkan komodo makan kambing, mengadu burung untuk berjudi, pertunjukkan buaya melahap ayam, dan sebagainya.
Terlebih lagi sangat memprihatinkan bagaimana manusia memperlakukan manusia lain dengan sewenang-wenang untuk kepentingan, kekuasaan maupun keuntungan dirinya.

7.  KELANGSUNGAN PERI KEHIDUPAN
            Kelangsungan peri kehidupan di Bumi ini tidak mudah untuk diperkirakan. Berbagai keanekaragaman factor, keadaan, daya, dan waktu sangat menentukan apa wujud dari kelangsungan peri kehidupan. Keadaan atau tatanan Alam yang sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan, masih terlalu terbatas, untu dapat kita ketahui sperti gnung, letusan gunung berapi, tsunami, el nino, el nina dan lain sebagainya dinamika tatanan itu harus dapat di manfaatkan untuk menyelamatkan kelangsungan peri kehidupan kita.
7.1 Daur kehidupan
Dengan memahami daur kehidupan yang terjadi dan upaya penyesuaian diri dengan fenomena yang terjadi, berbagai resiko kehidupan dapat kita tanggapi secara lebih arif dan bijaksana. Misalnya saja hubungan antara makhluk hidup yang memisahkan kelompok autotrof dan heterotrof .
 Autotrof merupakan organisme hidup yang dapat mengolah makanan sendiri, seperti pada proses fotosintesis yang pada dasarnya membutuhkan cahaya matahari dan karbondioksida ( CO­2 ) untuk menghasilkan energy dalam bentuk ATP, oksigen O2 dan produk organic. Produk organic ini yang dibutuhkan oleh organisme heterotrof untuk membentuk karbondioksida yang diperlukan oleh organism Autotrof, dan daur ini terus menerus berlangsung dengan keterkaitan masing-masing.
7.2 Piramida kehidupan
Piramida makanan ini terbentuk dari struktur tropic atau fingsi tropic, artinya kehadiran (eksitensi) suatu jenis berada dalam struktur atau fungsi makanan dari jenis lain.
1. Piramida jumlah kalori dan jumlah biomasa

Produsen primer terdiri atas sejumlah 1.500.000 individu, misalnya rumput ; dimakan konsumen 1(kambing, rusa, kijang dan sebagainya)
jumlah 200 ekor, dikonsumsi karnivora ( 10 ekor srigala), sebagai konsumen 2 dan yang di mangsa konsumen 3 seekor harimau
 











2).  Piramida Energi
Piramida energi menunjukan penurunan energi produsen primer (pohon atau rumput), menurun setelah dikonsumsi oleh herbivora karena sebagian terbebaskan sebagai energi dan sebagian menjadi makanan saprovor.
7.3 Daur hidup lain
      Di alam ada berbagai kelangsungan peri kehidupan suatu jenis yang perlu diperdalam pengertian dan paham kita dengan mempelajari biologi secara lebih mendalam. Pada Gambar 43 terlihat ada fenomena unik dimana hubungan antara tumbuhan dan hewan dapat berlangsung saling menguntungkan, tetapi juga dapat mematikan, yang makanya adalah kearah pengaturan keseimbangan populasi antarjenis makhluk hidup.
 
           (A)                                                  (B)                                                (C)
Di belantara topik Sumatera, Malaysia dan sekitarnya terdapat Nepenthes gymnosphorayang mendapatkan sebagian bahan metabolisme dari serangga yang jatuh ke dalam bunga untuk kemudian menagkap dan mencernakannya(A).Ssedangkan raflesia arnoldi dengan baunya yang menarik datangnya serangga yang merupakan polinator sebagai penyerbuk bunga Raflesiam (B). Hal yang sama juga terjadi pada penyerbukan bunga bangkai (amorphophallus titanum) (C)

8.  Kesejahteraan Makhluk Hidup
      Kesejahteraan (welfare) adalah kondisi baik dari seseorang yang terukur seperti kesehatan atau materi yang dimiliki, ataupun yang sulit untuk diukur seperti kebahagiaan (happiness), ketentraman, rasa keadilan, dan seterusnya.
8.1 Kesejahteraan manusia
      Kesejahteraan yang lahir itu tidak hanya kebutuhan dasar fisiologi seperti makan, minum, bernapas dan sebagainya, disamping itu juga terdapat kebutuhan fisik untuk mendapatkan ketentraman hidup diri dari gangguan keamananan. Manusia juga mempunyai kebutuhan dasar psikologi, yakni sikap lahirpribadi jati diri atau egoism (self personal esteem) yang merupakan kepercayaan diri. Manusia juga memerlukan hubungan kekerabatan dan kemitraan antar sesame manusia, yang menuntut sikap saling menghormati (interpersonal esteem) dalam keluarga, dalam pergaulan dan dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan kesejahteraan batin termasuk yang bersifat keagamaan, keyakinan, moral, dan etika.
      Kenyataan tentang tingkat atau ukuran kesejahteraan manusia sangat beranekaragam. Secara lebih khusus dapat dipergunakan tingkat kualiatas hidup manusia yang dapat diukur sebagai berikut :
1.      Harapan usia, pada waktu dilahirkan setiap individu mempunyai harapan untuk mencapai tahapan usia. Ada yang meninggal langsung waktu dilahirkan, ada yang meninggal  pada umur balita (bawah umur lima tahun), ada pula yang remaja, dewasa dan lansia.
2.      Kualitas hidup manusi sebagian besar tersebut di atas adalah berkar dari perilaku manusia ditambah resiko karena kecenderungan menurunnya kualitas lingkungan, baik daya dukung maupun daya tampungnya.

                                                            Gambar 8.1
Kesenjangan sosial yang terjadi di Jakarta pada umumnya, dimana anatara yang miskin dan yang kecukupan terlihat di sepanjang hari. Hal ini jelas menyangkut masalah pendidikan, peluan dan kebijakan, ketenagakerjaan serta keadilan sosial.

            Dalam gambaran hidup bermasyarakat timbul pula kesenjangan antara masyarakat “kumuh” dengan masyarakat “mewah”.

(A)
(B)
                                      

                                                                        Gambar 46.
Kesenjangan antara perumahan kumuh keluarga miskin yang tinggal dirumah sangat sederhana sekali (A) yang kerap kali tergusur oleh rumah mewah yang merupakan gambaran timpananganya keadilan (B)

4.8.2 Kesejahteraan makhluk hidup lain

            Kesejahteraan makhluk hidup lain itu juga tidak dapat diukur dengan nilai kita. Misalnya saja usaha untuk mengamankan pertanaman atau kebun kita dari terjangan gajah, seharusnya tidak dapat diatasi dengan menangkap dan mengajarinya gajah main bola itu dapat menumbulkan sesuatu yang menyenangkan gajah itu sendiri. Pertimbangan bahwa kita dapat keuntungan dengan tontonan permainan gajah dan memberinya makanan, belum berarti menciptakan “kesejahteraan” bagi gajah-gajah itu. Kebebasan untuk berperilaku secara alami kiranya merupakan hak asasi untuk mereka nikmati, misalnya untuk tidak mengganggu arah perjalanan mereka kesungai untuk minum dan mandi.



            Demikian pula makna Kebun Raya Bogor , Cibodaa (Puncak), Puwodadi (Malang), Kebun Raya  Sibolangit (Padang), Kebun Raya Eka Karya (Bali) merupakan uapaya manusia untuk menempatkan flora di habitat buatan (ex-situ) bagi keperluan wisata, keindahan, pendidikan dan penelitian.
                                                                        Gambar 47.
Kebun Raya Bogor sering di jadikan tempat dalam rangka studi-wisata para turis dan mahasiswa.

            Kalau manusia tidak mengekploitasi makhluk hidup lain, khususnya satwa, banyak kegiatan saling isi – mengisi antara kebutuhan manusia dengan sesuatu yang belum tentu menguntungkan atau menyenangkan satwa lain, setidak-tidaknya manusia tidak mengganggunya secara berlebihan.
            Manusia juga seharusnya melihat dan mempelajari dengan kearifan yang peka terhadap perilaku binatang yang sering kali membuat diri kita iba dan malu sendiri.
            Jelas kiranya kalau kita mau memberi isi atau makna tentang lingkungan hidup mulai ruang, perilaku manusia dan kesejahteraan makhluk hidup lain dengan semsetinya akan kita nikmati hidup yang lebih tentram, lebih bermakna dan lebih menyenangkan.





Bab III
Penutup

Lingkungan hidup adalah suatu sistem, mulai dari ruang, dimana di dalam ruang itu terdapat pengada (entity) baik pengada ragawi nirhidup (abiota) dan pengada insani (biota). Kemudian dalam lingkungan hidup terdapat tatanan alam atau keadaan yang dialami makhluk hidup  dikarenakan peristiwa alam, terdiri atas 2 jenis yaitu alogenik dan autogenik.
Dalam lingkungan hidup sebenarnya terdapat berbagai tatanan alam yang mengandung makna dan dapt dimanfaatkan oleh manusia. Manusia memiliki kemampuan untuk menghadapi tantangan serta peluang untuk melakukan sesuatu yang bermakna dalam kehidupan. Peluang ini juga merupakan kewajiban dan tugas manusia dalam masyarakat sesuai dengan keselamatan atau manfaat yang diinginkan.
Pada mulanya perilaku manusia yang hidup dengan Alam, melakukan hal yang wajar-wajar saja. Namun, setelah kehidupan muali mengalammi berbagai masalah dan kesulitan, muncullah perilaku kurang wajar. Hal ini disebabkan karena tuntutan dasar untuk tetapi bertahan hidup walaupun harus melupakan kearifan kita sebagai manusia terhadap makhluk Tuhan yang lain. Sebagai manusia yang hidup dalam suatu lingkungan yang terdiri dari manusia dan makhluk hidup lain kita tidak hanya memikirkan kesejahteraan manusia saja melainkan kesejahteraan makhluk hidup lain.
Jelas kiranya jika kita mau memberikan isi atau makna tentang lingkungan hidup mulai ruang, perilaku manusia, dan kesejahteraan makhluk hidup lain dengan semestinya akan kita nikmati hidup yang lebih tenteram, lebih bermakna dan lebih menyenangkan.





DaftarPustaka


http://www.belantaraindonesia.org/2012/03/cincin-api-di-indonesia.html